Minggu, 06 Mei 2012

STRATEGI DAN RENCANA AL-QAIDAH

Para pemikir senior Al-Qaidah mempelajari upaya yang dilakukan berbagai gerakan Islam sejak dua abad silam. Mulai dari gerakan pembaruan dan pelurusan Muhammad bin Abdul Wahhab di Najd dan Hijaz, gerakan Sanusiah di Libya, gerakan Mahdiyah di Sudan hingga berbagai gerakan yang berupaya melaksanakan jihad Islam modern dalam melawan imperialis Barat. Mereka mengkaji pula gerakan Islam kontemporer seperti Ikhwanul Muslimin, Hizbut Tahrir, dan Jamaah Islamiyah di India dan Pakistan. Mereka juga mempelajari langkah oleh Jamaluddin Afghani dan muridnya Muhammad Abduh yang banyak menjadi inspirasi bagi berbagai jamaah Islam yang ada.
Kajian ini tidak hanya dilakukan dengan metode akademis belaka, namun secara langsung dan aplikatif. Perbandingan pola gerakan, manhaj (sistem), jalan yang ditempuh hingga sukses ataupun gagalnya dikaji dan diperbandingkan. Hal ini dimungkinkan karena para tokoh, pemimpin dan pemikir Al-Qaidah berasal dari berbagai negara, suku dan bangsa yang berbeda-beda. Di antara mereka ada yang datang dari Arab, Turki, Afghanistan, India hingga Kaukasus. Mereka juga berasal dari berbagai jenis pemikiran dan gerakan, ada Salafi, Ikhwanul Muslimin, Hizbut Tahrir, bahkan sebagian ada yang pernah khuruj (safari dakwah) bersama Jamaah Tabligh. Ada yang pernah tinggal di belahan dunia Timur, namun ada yang juga lahir dan besar di Barat. Latar belakang yang berbeda-beda ini memberikan bahan kajian yang sangat banyak kepada Al-Qaidah untuk membentuk kekuatan baru yang mampu bertahan hidup dalam segala medan dan keadaan.
Dari kajian mereka, para pemikir Al-Qaidah sampai pada kesimpulan bahwa kegagalan yang dialami berbagai gerakan Islam semuanya karena beberapa faktor:
1. Masing-masing gerakan memiliki persepsi berbeda saat mengidentifikasi masalah yang dihadapi umat, sehingga menyebabkan semua kemampuan yang dikerahkan tidak dapat mencapai tujuan.
2. Berbagai gerakan tersebut tidak memiliki perencanaan yang rinci dengan tujuan, sarana dan metode yang jelas.
3. Berbagai gerakan itu belum berani maju memimpin umat menggantikan kepemimpinan sekuler yang lemah dan dikendalikan musuh.
4. Berbagai gerakan itu tidak mampu mengoptimalkan sumber daya manusia dan alam yang ada.
Bertolak dari pemahaman ini, maka Al-Qaidah menentukan pandangan dan gambaran yang menentukan poin-poin gerak langkah mereka mendatang sebagai berikut:
1. Bahwa Mujahidin yang membela negeri, tempat-tempat suci dan kemerdekaan umat, merekalah pemimpin yang syar’i bagi umat Islam. Sementara para pemimpin berbagai negara yang ada, mereka hanyalah para perampas kekuasaan yang bersekutu dengan musuh.
2. Keadaan dunia, termasuk juga keadaan dunia Islam yang bertentangan dengan syariat Islam. Semuanya berada dalam keadaan jahiliyah. Kejahiliyahan itu timbul karena manusia bersandar pada hukum, peraturan serta undang-undang buatan manusia, sementara hukum itu bertentangan dengan konsep yang diturunkan oleh Allah. Inilah yang menyebabkan terjadinya kezaliman, kefasikan dan kerusakan pada semua sendi kehidupan manusia. Semua penyimpangan itu menjadikan kehidupan manusia menyimpang dari kebenaran dan fitrah yang suci.
3. Harus ada perencanaan yang rinci dan gamblang, tujuan yang jelas, sarana dan metode yang jelas serta jadwal waktu yang teliti, dengan tetap memperhatikan keadaan umat lokal maupun global.
4. Perubahan manusia menuju kehidupan yang beradab seharusnya bertolak dari perubahan pemikiran dan keyakinan. Padahal berbagai hukum jahiliyah yang menguasai umat Islam sekarang, menurut Al-Qaidah, tidak akan pernah mengizinkan gerak pemikiran apapun. Sistem sekuler yang ada justru menghambat semua usaha menuju terbentuknya peradaban Islam. Hambatan itu harus disingkirkan dengan satu-satunya jalan, yaitu kekuatan jihad. Menurut mereka, jihad akan sanggup menyingkirkan semua hambatan tersebut. Kekuatan yang dibutuhkan oleh proyek jihad ini akan semakin tumbuh dan besar dengan selalu bergerak berdasarkan kajian yang teratur.
Bertolak dari hal-hal yang telah disebutkan di atas, maka Al-Qaidah, menurut sebagian pemikirnya, telah meletakkan rencana teoritis yang aplikatif. Rencana ini siap untuk diterapkan sesuai dengan jadwal dan tahapan yang telah dipelajari dan disusun rapi.
Ide dasar rencana ini adalah meningkatkan amal jihad Islami dalam kuantitas dan jenisnya, serta memperluas jangkauannya hingga ke seluruh penjuru dunia. Mereka menilai bahwa jihad akan meningkatkan kekuatan umat dan menggentarkan musuh, hingga akhirnya akan memaksa musuh meninggalkan semua kekayaan dan sumber daya alam milik umat Islam serta menyerahkan semua urusan untuk diatur oleh umat. Setelah itu barulah kekuasaan kembali ke tangan umat Islam dan kepemimpinan kembali dikendalikan oleh Syariat. Dengan demikian, semua masalah akan bisa segera diatasi. Rencana strategis Al-Qaidah ini disusun menjadi tujuh tahapan target waktu 20 tahun. Dimulai dari tahun 2000 dengan persiapan menyerang New York dan akan berakhir pada tahun 2020, berikut ini tahapan-tahapannya:
Pertama, fase penyadaran; dimulai pada awal tahun 2000 dan berakhir pada tahun 2003. Target tahap ini adalah memaksa Amerika untuk keluar dari kandangnya, memperluas medan jihad sehingga Amerika dan sekutunya menjadi target yang dekat dan mudah dijangkau.
Kedua, fase membuka mata; berlangsung selama tiga tahun dari 2003-2006. Targetnya membuat umat sadar akan masalah yang sebenarnya, menyingkap semua kedok musuh serta tipu daya mereka.
Ketiga, fase kebangkitan dan berdiri; berlangsung sekitar tiga tahun, dimulai pada awal tahun 2007 dan berakhir pada awal 2010. Targetnya mendapatkan tambahan personil yang besar untuk menjalankan misi-misi selanjutnya.
Keempat, fase pemulihan keadaan. Fase inni dimulai pada tahun 2010 hingga awal tahun 2013. Target fase ini difokuskan untuk menjatuhkan kekuasaan rezim-rezim tiran di dunia Islam dengan cara melakukan kontak yang kuat secara langsung.
Kelima, fase memproklamasikan negara. Dimulai pada awal 2013 dan akan berakhir pada awal tahun 2016, Al-Qaidah dan jaringan jihad internasional akan memproklamirkan Daulah Islamiyah.
Keenam, fase konfrontasi total. Fase ini dimulai pada awal tahun 2016, saat itu dimulailah konfrontasi menyeluruh antara dua kubu; kekuatan yang dibangun di atas keimanan dan kekuatan yang berdiri di belakang kekafiran.
Ketujuh, fase kemenangan mutlak. Dalam fase ini pertempuran menyeluruh dan konfrontasi yang luas terhadap kebatilan menurut pemimpin Al-Qaidah akan berlangsung pada masa yang singkat hanya beberapa tahun saja (antara tiga hingga sembilan tahun).
Inilah tujuh tahapan dalam rencana strategis Al-Qaidah, sebuah perencanaan unik yang belum pernah dibuat oleh gerakan Islam modern lainnya.
Para pemimpin Al-Qaidah
- Usamah Bin Ladin
- Ayman Az-Zawahiri
- Abu Mus’ab Az-Zarqawi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar