Para pemikir senior Al-Qaidah mempelajari upaya yang dilakukan berbagai
gerakan Islam sejak dua abad silam. Mulai dari gerakan pembaruan dan
pelurusan Muhammad bin Abdul Wahhab di Najd dan Hijaz, gerakan Sanusiah
di Libya, gerakan Mahdiyah di Sudan hingga berbagai gerakan yang
berupaya melaksanakan jihad Islam modern dalam melawan imperialis Barat.
Mereka mengkaji pula gerakan Islam kontemporer seperti Ikhwanul
Muslimin, Hizbut Tahrir, dan Jamaah Islamiyah di India dan Pakistan.
Mereka juga mempelajari langkah oleh Jamaluddin Afghani dan muridnya
Muhammad Abduh yang banyak menjadi inspirasi bagi berbagai jamaah Islam
yang ada.
Kajian ini tidak hanya dilakukan dengan metode akademis belaka, namun
secara langsung dan aplikatif. Perbandingan pola gerakan, manhaj
(sistem), jalan yang ditempuh hingga sukses ataupun gagalnya dikaji dan
diperbandingkan. Hal ini dimungkinkan karena para tokoh, pemimpin dan
pemikir Al-Qaidah berasal dari berbagai negara, suku dan bangsa yang
berbeda-beda. Di antara mereka ada yang datang dari Arab, Turki,
Afghanistan, India hingga Kaukasus. Mereka juga berasal dari berbagai
jenis pemikiran dan gerakan, ada Salafi, Ikhwanul Muslimin, Hizbut
Tahrir, bahkan sebagian ada yang pernah khuruj (safari dakwah) bersama
Jamaah Tabligh. Ada yang pernah tinggal di belahan dunia Timur, namun
ada yang juga lahir dan besar di Barat. Latar belakang yang berbeda-beda
ini memberikan bahan kajian yang sangat banyak kepada Al-Qaidah untuk
membentuk kekuatan baru yang mampu bertahan hidup dalam segala medan dan
keadaan.
Dari kajian mereka, para pemikir Al-Qaidah sampai pada kesimpulan bahwa
kegagalan yang dialami berbagai gerakan Islam semuanya karena beberapa
faktor:
1. Masing-masing gerakan memiliki persepsi berbeda saat mengidentifikasi
masalah yang dihadapi umat, sehingga menyebabkan semua kemampuan yang
dikerahkan tidak dapat mencapai tujuan.
2. Berbagai gerakan tersebut tidak memiliki perencanaan yang rinci dengan tujuan, sarana dan metode yang jelas.
3. Berbagai gerakan itu belum berani maju memimpin umat menggantikan kepemimpinan sekuler yang lemah dan dikendalikan musuh.
4. Berbagai gerakan itu tidak mampu mengoptimalkan sumber daya manusia dan alam yang ada.
Bertolak dari pemahaman ini, maka Al-Qaidah menentukan pandangan dan
gambaran yang menentukan poin-poin gerak langkah mereka mendatang
sebagai berikut:
1. Bahwa Mujahidin yang membela negeri, tempat-tempat suci dan
kemerdekaan umat, merekalah pemimpin yang syar’i bagi umat Islam.
Sementara para pemimpin berbagai negara yang ada, mereka hanyalah para
perampas kekuasaan yang bersekutu dengan musuh.
2. Keadaan dunia, termasuk juga keadaan dunia Islam yang bertentangan
dengan syariat Islam. Semuanya berada dalam keadaan jahiliyah.
Kejahiliyahan itu timbul karena manusia bersandar pada hukum, peraturan
serta undang-undang buatan manusia, sementara hukum itu bertentangan
dengan konsep yang diturunkan oleh Allah. Inilah yang menyebabkan
terjadinya kezaliman, kefasikan dan kerusakan pada semua sendi kehidupan
manusia. Semua penyimpangan itu menjadikan kehidupan manusia menyimpang
dari kebenaran dan fitrah yang suci.
3. Harus ada perencanaan yang rinci dan gamblang, tujuan yang jelas,
sarana dan metode yang jelas serta jadwal waktu yang teliti, dengan
tetap memperhatikan keadaan umat lokal maupun global.
4. Perubahan manusia menuju kehidupan yang beradab seharusnya bertolak
dari perubahan pemikiran dan keyakinan. Padahal berbagai hukum jahiliyah
yang menguasai umat Islam sekarang, menurut Al-Qaidah, tidak akan
pernah mengizinkan gerak pemikiran apapun. Sistem sekuler yang ada
justru menghambat semua usaha menuju terbentuknya peradaban Islam.
Hambatan itu harus disingkirkan dengan satu-satunya jalan, yaitu
kekuatan jihad. Menurut mereka, jihad akan sanggup menyingkirkan semua
hambatan tersebut. Kekuatan yang dibutuhkan oleh proyek jihad ini akan
semakin tumbuh dan besar dengan selalu bergerak berdasarkan kajian yang
teratur.
Bertolak dari hal-hal yang telah disebutkan di atas, maka Al-Qaidah,
menurut sebagian pemikirnya, telah meletakkan rencana teoritis yang
aplikatif. Rencana ini siap untuk diterapkan sesuai dengan jadwal dan
tahapan yang telah dipelajari dan disusun rapi.
Ide dasar rencana ini adalah meningkatkan amal jihad Islami dalam
kuantitas dan jenisnya, serta memperluas jangkauannya hingga ke seluruh
penjuru dunia. Mereka menilai bahwa jihad akan meningkatkan kekuatan
umat dan menggentarkan musuh, hingga akhirnya akan memaksa musuh
meninggalkan semua kekayaan dan sumber daya alam milik umat Islam serta
menyerahkan semua urusan untuk diatur oleh umat. Setelah itu barulah
kekuasaan kembali ke tangan umat Islam dan kepemimpinan kembali
dikendalikan oleh Syariat. Dengan demikian, semua masalah akan bisa
segera diatasi. Rencana strategis Al-Qaidah ini disusun menjadi tujuh
tahapan target waktu 20 tahun. Dimulai dari tahun 2000 dengan persiapan
menyerang New York dan akan berakhir pada tahun 2020, berikut ini
tahapan-tahapannya:
Pertama, fase penyadaran; dimulai pada awal tahun 2000 dan berakhir pada
tahun 2003. Target tahap ini adalah memaksa Amerika untuk keluar dari
kandangnya, memperluas medan jihad sehingga Amerika dan sekutunya
menjadi target yang dekat dan mudah dijangkau.
Kedua, fase membuka mata; berlangsung selama tiga tahun dari 2003-2006.
Targetnya membuat umat sadar akan masalah yang sebenarnya, menyingkap
semua kedok musuh serta tipu daya mereka.
Ketiga, fase kebangkitan dan berdiri; berlangsung sekitar tiga tahun,
dimulai pada awal tahun 2007 dan berakhir pada awal 2010. Targetnya
mendapatkan tambahan personil yang besar untuk menjalankan misi-misi
selanjutnya.
Keempat, fase pemulihan keadaan. Fase inni dimulai pada tahun 2010
hingga awal tahun 2013. Target fase ini difokuskan untuk menjatuhkan
kekuasaan rezim-rezim tiran di dunia Islam dengan cara melakukan kontak
yang kuat secara langsung.
Kelima, fase memproklamasikan negara. Dimulai pada awal 2013 dan akan
berakhir pada awal tahun 2016, Al-Qaidah dan jaringan jihad
internasional akan memproklamirkan Daulah Islamiyah.
Keenam, fase konfrontasi total. Fase ini dimulai pada awal tahun 2016,
saat itu dimulailah konfrontasi menyeluruh antara dua kubu; kekuatan
yang dibangun di atas keimanan dan kekuatan yang berdiri di belakang
kekafiran.
Ketujuh, fase kemenangan mutlak. Dalam fase ini pertempuran menyeluruh
dan konfrontasi yang luas terhadap kebatilan menurut pemimpin Al-Qaidah
akan berlangsung pada masa yang singkat hanya beberapa tahun saja
(antara tiga hingga sembilan tahun).
Inilah tujuh tahapan dalam rencana strategis Al-Qaidah, sebuah
perencanaan unik yang belum pernah dibuat oleh gerakan Islam modern
lainnya.
Para pemimpin Al-Qaidah
- Usamah Bin Ladin
- Ayman Az-Zawahiri
- Abu Mus’ab Az-Zarqawi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar